Hubungan neraca perdagangan dengan pergerakan nilai mata uang suatu negara
Apa hubungan neraca perdagangan dengan pergerakan nilai mata uang suatu negara?
Sebelumnya saya akan menjelaskan sedikit apa itu neraca perdagangan, jadi secara sederhana neraca perdagangan adalah nilai yang digunakan untuk mengetahui perbandingan antara ekspor dan impor yang dilakukan oleh suatu negara jika nilai neraca perdagangan suatu negara positif itu berarti negara tersebut lebih banyak melakukan kegiatan ekspor daripada impor. Sebaliknya ketika negatif berarti negara tersebut lebih banyak melakukan kegiatan impor daripada ekspor.
Saya akan memberikan sedikit ilustrasi, semisal negara Indonesia melakukan ekspor barang menuju Amerika senilai 100 milliar rupiah. Sedangkan negara Indonesia melakukan impor barang dari Amerika senilai 80 milliar rupiah sehingga nilai neraca perdagangannya adalah +20 milliar rupiah atau dengan kata lain negara Indonesia mengalami neraca perdagangan positif terhadap Amerika. Itu merupakan ilustrasi sederhananya, untuk data neraca perdagangan merupakan rangkuman dari semua transaksi yang dilakukan oleh suatu negara kepada negara lain bukan hanya satu negara. Dan umumnya, bila satuan yang digunakan adalah nilai uang yang ditransaksikan bukan jumlah barang yang ditransaksikan.
Nah sekarang apa hubungannya antara kondisi neraca perdagangan dengan pergerakan nilai mata uang suatu negara? Jadi dasarnya seperti ini, ketika suatu negara memiliki neraca perdagangan positif itu berarti negara tersebut lebih banyak melakukan kegiatan ekspor daripada impor. Sedangkan pada umumnya untuk membeli sesuatu dari negara lain, maka negara asal harus bertransaksi menggunakan uang dari negara tujuan. Dengan kata lain ada permintaan uang dari negara tujuan tersebut yang dimana akan menaikkan nilai tukarnya. Seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya bahwa dasar dari pergerakan nilai mata uang adalah disebabkan oleh adanya permintaan dan ketersediaan dari mata uang itu sendiri.
Jadi untuk negara yang memiliki neraca perdagangan positif maka nilai tukar mata uangnya juga akan menguat. Sebaliknya untuk negara yang memiliki neraca perdagangan negatif maka nilai tukarnya juga akan melemah.
Nah saya akan menjelaskan kontradiksi yang terjadi di nilai tukar mata uang dari sudut pandang neraca perdagangan. Pertanyaannya adalah apakah nilai mata uang yang menguat itu baik ? Jawabanya tidak selalu karena tergantung dengan kondisi negara tersebut. Jika kita melihat dari sudut pandang negara importir maka negara tersebut akan memilih mata uang mereka menguat karena mereka dapat membeli lebih murah. Tetapi jika kita melihat dari sudut pandang negara eksportir maka akan lebih baik jika mata uangnya melemah karena hal itu akan membuat produk dalam negerinya menjadi lebih murah dan menarik minat pembeli asing.
Saya akan membuat ilustrasi, seorang pengusaha dari negara A ingin membeli suatu produk dan tersedia dari 2 negara yang berbeda yaitu negara B dan negara C dan semisal nilai tukar mata uang antara negara A dengan B adalah 1 dollar mata uang negara A untuk 10 dollar negara B, sedangkan nilai tukar antara negara A dengan negara C adalah 1 dollar negara mata uang A untuk 5 dollar mata uang negara C. Kedua negara B dan C sama-sama menawarkan harga jual yang sama yaitu 20 dollar, nah jika pengusaha dari negara A membeli dari negara B maka dia harus mengeluarkan biaya sebesar 2 dollar, sedangkan jika pengusaha dari negara A membeli dari negara C maka dia harus memberikan biaya sebesar 4 dollar atau dengan kata lain jika pengusaha dari negara C membeli produk dari negara B maka akan mengeluarkan biaya yang lebih sedikit dan mendapatkan barang dengan jumlah yang sama.
Tetapi untuk negara pengimpor, penguatan nilai tukar akan semakin menguntungkan dikarenakan jika menguat maka negara tersebut dapat membeli lebih murah lagi. Inilah kontradiksi dari penguatan nilai tukar mata uang dengan neraca perdaganga. Sebuah negara pasti ingin menjadi negara pengekspor dan dimana akan diikuti dengan penguatan nilai tukar mata uangnya, tetapi di sisi lain jika nilai tukar mata uangnya terlalu kuat maka akan memperlambat pertumbuhan ekspornya.